TRANSKIP WAWANCARA PESANTREN ASSYROFUDDIN
PERKEMBANGAN
PESANTREN ASYROFUDDIN
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas wawancara Mata Kuliah Sejarah Lisan
Dosen:
Dr.
Reiza D. Dienaputra, M.Hum.
N.
Kartika, S.S., M.Hum.
Oleh:
Nama : Dudi
Saepudin
NPM : 180310110044
PROGRAM
STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS
ILMU BUDAYA
UNVERSITAS
PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
INDEKS
WAWANCARA
Menit 00.00 – 25.50 Terdengar suara pengajian dari salah satu
mesji Asyrofuddin
Menit 00.00 – 25.50 Terdengar suara kicauan burung.
Menit 00.02 – 00.03 Mengucapkan Basmalah.
Menit 00.04 – 00.05 Mengucapkan salam.
Menit 00.06 – 00.39 Label wawancara
Menit 00.40 – 00.45 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
sejarah Pesantren Asyrofuddin.
Menit 00.46 – 04.39 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai
sejarah Pesantren Asyrofuddin.
Menit 00.47 – 00.49 Terdengar suara ayam berkokok.
Menit 03.35 – 03.40 Terdengar suara motor.
Menit 03.44 – 03.45 Terdengar suara motor .
Menit 04.20 – 04.25 Terdengar suara motor.
Menit 04.25 – 04.28 Terdengar suara motor.
Menit 04.32 – 04.33 Terdengar suara anak ayam.
Menit 04.35 – 04.37 Terdengar suara batuk.
Menit 04.40 – 04.55 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
asal-usul dari Kiai Asyrofuddin.
Menit 04.57 – 06.28 Narasumber
menjawab pertanyaan mengenai asal-usul dari Kiai Asyrofuddin.
Menit 06.30 – 06.38 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
alasan Kiai Asyrofuddin mendirikan Pesantren Asyrofuddin.
Menit 04.40 – 07.50 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai
alasan Kiai Asyrofuddin mendirikan Pesantren asyrofuddin.
Menit 07.54 – 08.02 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
sikap Pemerintah Sumedang dan Hindia Belanda.
Menit 08.03 – 08.04 Narasumber membalikan pertanyaan.
Menit 08.04 – 04.06 Pewawancara meluruskan Pertanyaan dari maksud
pertanyaan itu.
Menit 08.08 – 09.06 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai sikap
pemerintahan Sumedang dan Hindia Belanda.
Menit 08.14 – 08.17 Terdengar suara motor.
Menit 09.06 – 09.08 Terdengar suara batuk.
Menit 09.09 – 09.20 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
Pesantren yang bepindah-pindah tempat.
Menit 09.16 – 09.19 Terdengar suara motor.
Menit 09.22 – 11.12 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai
Pesantren yang berpindah-pindah tempat.
Menit 11.00 – 11.05 Terdengar suara anak kecil.
Menit 11.16 – 11.32 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
sikap dan keadaan Masyarakat Conggeang.
Menit 11.35 – 11.38 Terdengar suara motor.
Menit 11.35 – 13.27 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai sikap
dan keadaan Masyarakat Conggeang.
Menit 11.37 – 11.39 Terdengar orang yang batuk.
Menit 11.47 – 11.51 Terdengar suara anak kecil yang ngobrol.
Menit 12.24 – 12.27 Terdengar suara motor.
Menit 12.31 – 12.34 Terdengar suara motor.
Menit 12.51 – 12.53 Terdengar suara motor.
Menit 13.00 – 13.03 Terdengar suara motor.
Menit 12.24 – 12.27 Terdengar suara motor.
Menit 13.32 – 13.53 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
keadaan Pemerintah Conggean
Menit 13.53 – 13.54 Narasumber membalikan pertanyaan.
Menit 13.55 – 13.56 Pewawancara menjawab singkat.
Menit 13.59 – 14.56 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai
keadaan Pemerintah Conggeang.
Menit 14.56 – 15.05 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
timbal-balik Pemerintah Sumedang dengan Pesantren Asyrofuddin.
Menit 15.05 – 15.54 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai
timbal-balik Pemerintah Sumedang dengan Pesantren Asyrofuddin.
Menit 15.45 – 15.46 Terdengar suara batuk dari anak kecil.
Menit 15.48 – 15.51 Terdengar suara batuk dari anak kecil.
Menit 15.55 – 15.56 Terdengar suara anak kecil.
Menit 15.57 – 16.11 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai adanya
ancaman dari luar.
Menit 15.58 – 16.00 Terdengar suara anak kecil.
Menit 16.14 – 18.27 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai adanya
ancaman dari luar.
Menit 16.41 – 16.42 Terdengarnya suara anak kecil.
Menit 16.51 – 16.52 Terdengarnya suara anak kecil.
Menit 17.13 – 16.14 Terdengarnya suara orang.
Menit 17.35 – 17.38 Terdengar suara motor.
Menit 17.40 – 17.43 Terdengar suara motor.
Menit 17.54 – 17.47 Terdengar suara motor.
Menit 18.28 – 18.36 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
sikap para santri Pesantren Asyrofuddin menghadapi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Menit 18.38 – 19.27 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai sikap
para santri Pesantren Asyrofuddin menghadapi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Menit 19.31 – 19.48 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
minat masyarakat terhadap Pesantren Asyrofuddin sejalan perkembangan pendidikan
di Kabupaten Sumedang.
Menit 19.51 – 21.33 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai minat
masyarakat terhadap Pesantren Asyrofuddin sejalan perkembangan pendidikan di
Kabupaten Sumedang.
Menit 21.35 – 21.47 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
pandangan Pesantren Asyrofuddin terhadapa aliran dan Organisasi agama.
Menit 21.50 – 24.04 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai
pandangan Pesantren Asyrofuddin terhadapa aliran dan Organisasi agama.
Menit 24.06 – 24.15 Pewawancara mengajukan pertanyaan mengenai
manfaat dengan adanya Pesantren Asyrofuddin terhadap masyarakat Conggeang.
Menit 24.16 – 25.23 Narasumber menjawab pertanyaan mengenai
manfaat dengan adanya Pesantren Asyrofuddin terhadap masyarakat Conggeang.
Menit 25.24 – 25.27 Pewawancara mengucapkan terima kasih kepada
narasumber.
Menit 25.27 – 25.50 Label wawancara akhiran.
TRANSKIP
WAWANCARA
Pada saat dimulainya dan sampai
akhir wawancara, terdengar suara Pengajian dari mesjid yang berada di kawasan
Asyirofuddin, serta suara kicauan burung yang hinggap di salah satu pohon.
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum WR. WB
Assalamu’alaikum WR. WB
Eu..
Hari ini Sabtu 23 Oktober 2012, Saya
Dudi Saepudin mengadakan wawancara dengan Bapak Munzil B.Z, mengenai
tema perkembangan pesantren Asyrofuddin. Wawancara ini dilakukan di Pondok
Asyrofuddin, kompleks Pesantren Asyrofuddin di Desa Cipicung, Kecamatan
Conggeang, Kabupaten Sumedang. Dan wawancara ini dimulai pada pukul 09:15
(kukuruyuk, terdengar suara ayam). Berikut adalah wawancara yang saya lakukan.
A
: Yang pertama Pak, coba Bapak
jelaskan tentang sejarah Pesantren Asyrofuddin!
B
: Ya, (kukuruyuk, terdengar
suara ayam) sejarah Pesantren Asyrofuddin ini bermula dari salah satu keturunan
ya, keturunan sunan Gunung Jati. Eeuu Syarif Hidayatullah salah satu
keturunannya yaitu Kiai Asyrofuddin. Beliau keturunan daripada Raja Syamsuddin.
Kemudian asal mulanya ehm beliau, disuruh untuk tahta di Cirebon. Tapi karena
pada waktu itu zaman penjajahan Belanda, Eu Kasepuhan Cirebon, Kesultanan
Cirebon lebih cenderung memihak kepada Kompeni Belanda, penjajah Belanda. Dan
Asyrofuddin ehm tidak mau. Karena panutannya yang diikuti Asyrofuddin itu
adalah Pangeran Diponogoro atau yang disebut juga Pangeran Onto. Pangeran Onto
adalah guru daripada Syeh Asyrofuddin. Kemudian karena tidak mau maka Syeh
Asyrofuddin keluar daripada kesultanan Cirebon. Dan beliau bermukim di daerah
Ujungjaya. Ujungjaya daerah Cikuleu, beliau mendirikan pesantren. Tapi karena
tidak ada keturunannya yang disana maka pesantren Cikuleu, akhirnya Syeh
Asyrofuddin pindah ke daerah Cipicung Conggeang Sumedang. Itu juga atas
perintah Otto eeuu atau amanat yang diberikan oleh Raja atau Pangeran Sumedang pada
waktu itu yaitu Pangran Soegih kurang lebih tahun 1846 Ehm. Sejarahnya jadi
wilayah Cipicung ini terkenal sebagai wilayah yang angker, banyak masyarakat
yang menjadi korban baik itu dari kalangan hewan buas ataupun Jin, makhluk gaib
dan sebagainya maka terdengar kabar dari masyarakat yang sudah resah kemudian
Syeh Asyrofuddin mencoba untuk membuka lahan ini. Dan lahan ini Alhamdulillah
setelah di ehm taklukan oleh Asyrofuddin terutama dari kawasan mata air yang
terkenal angker, maka daerah ini dibuka yang kurang lebih tahun 1846 (Druuud,
terdengar suara motor). Cipicung ini sendiri daripada asal kata dari daerahnya
Cipicung, Tapi (Druud, terdengar suara motor) yang pertama kali dijadikan padepokan
oleh Syeh Asyrofuddin namanya adalah Adisela Singanaga. Adi sendiri berarti
tanah yah, bumi. Sela itu adalah batu. Singa adalah hewan buas, Singa, Macan
dan sebagainya. Naga dan Ular. Artinya Adisela singanaga ini tempatnya, tempat
yang penuh dengan batu, Singa dan Ular saking angkernya pada waktu itu yah.
Kemudian setelah ditlakukan oleh Syeh Asyrofuddin maka (Druuud, terdengar suara
motor) tanah ini kurang lebih luasnya (Druud, terdengar suara motor) tiga
hektar diwakafkan untuk dikembangkan demi kemajuan agama islam (ciak-ciak
terdengar suara anak ayam) oleh Syeh Asyrofuddin atas pemberian dari (Ohok
ohok, terdengar suara batuk) Pangeran Soegih begitu mungkin ehm.
A
: Eu... Terus dari nama
pesantren itukan, itukan diambil dari nama dari seseorang tokoh Kiai
Asyrofuddin. Mungkin bapak bisa menjelaskan tentang asal usul dari Kiai
Asyrofuddin!
B
: Asyrofuddin sendiri ya.. ini
ada nih. Beliau keturunan dari Sunan Gunung Djati Hmmm.. Beliau dari Raja
Syamsuddin ya, Raja Syamsuddin terus keatasnya sampai ke Kesultanan Sepuh
Pangeran Raja. Ehm euu dan keatasnya ini mungkin nanti bisa di coppykan biar lebih jelasnya gitu ya.
Sultan Sepuh Raja Syamsuddin kemudian Panembahan Ratu Dua, kemudian Pangeran
Dipati Dicirebon Dua atau Pangeran Sadanggayan bin Panembahan Ratu Satu
Pangeran Emas, kemudian Pangeran Dipati Cirebon satu atau Pangeran Swarga, ehm
kemudian Wakil Sunan Gunung Djati atau Fatahilah, Sultan Padlankan atau Batubatu Pase, kemudian keatasanya Pangeran
Pasarean atau Pangeran Muhammad Arifin, Kemudian sampai ke asalnya yaitu Syeh
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati atau Susuhunan Djati Purbawisesa,
Syeh Maulana Djati begitu Mungkin.
A
: Terus Pak, atas alasan apakah eu
Kiai Asyrofuddin mendirikan Pesantren Asyrofuddin selain eu keagamaan dan
pendidikan!
B
: Ini Syeh Asyrofuddin sebelum
mendirikan Pondok Pesantren ini atas
dasar karena beliau berpegang teguh kepada ajaran daripada Pangeran Onto atau
Pangeran Diponogoro menyebarkan agama Islam ehm. Asal mulanya itu pesantren ini
tidak ada nama gitu, namanya yaitu Adisela Singanaga. Nama pondok pesantren
Asyrofuddin sendiri itu baru dicetuskan oleh ayah saya tahun enam puluh limaan
kurang lebih, 1965 maka beliau mengganti dari pada pondok Pesantren Adisela
Singanaga menjadi pondok Pesantren Asyrofuddin sebagai bentuk kaula atau
otoritas kepada pendiri pesantren, dan itu adalah jadi semata-mata hanya untuk
bersyiah kepada islam mendengarkan kalimat Allah SWT begitu Ehm.
A
: Terus pak dalam sikap
pemerintah Sumedang sendiri dan Hindia Belanda terhadap terbentuknya Pesatren
Asyrofuddin itu seperti apa pak?
B
: Sikap?
A
: Pemerintah Sumedang dan Hindia
Belanda.
B
: Hmm Sikap pemerintah sendiri
itu, pada waktu itu kebetulan dari (Druud, terdengar suara motor) Pemeintah
Pangeran Soegih, pada dasarnya sama prinsipnya dengan Syeh Asyrofuddin. Jadi
beliau menolak eu kerjasama dengan Belanda, koperatif Belanda, dan akhirnya eu
pondok Pesantren Asyrofudin, kesultanan Asyrofuddin juga bekerjasama dengan
Pangeran Soegih ehm untuk mengembangkan agama Islam diwilayah Cipicung Conggean
ini gitu. Jadi pada dasarnya mereka berprinsip sama Pemerintahan Sumedang yang
pada waktu itu dipimpin oleh Pangeran Soegih eu bermuara atau berpacu kepada
prinsip yang dipegang oleh Pangeran Diponogoro alias Pangeran Onto. Ohok
(terdengar suara Batuk).
A
: Terus pak yang selanjutnya
adalah Pesantren Assyrofuddin kan mengalami perpindahan dari tempat ke tempat
lain, (Drud , terdengar suara motor) lalu atas dasar apakah Asyrofuddin
berpindah-pindah tempat?
B
: Jadi asal mulanya sebelum ke Cipicung, Syeh Asyrofuddin menetap
di Ujungjaya tepatnya di Cikuleu. Cikuleu pada waktu itu kebetulan masih daerah
rawan juga ya, daerah Ujungjaya kemudian beliau mendirikan Pesantren cuman pada
waktu itu pesanternnya tidak.. tidak sebesar gitu yang di Cipicung sekarang.
Dan beliau disana sama adeknya, adeknya eu Siti Angrum Kertadjati. Beliau
dimakamkan disana. Karena setelah itu kemudian beliau pindah ke Cipicung,
karena melihat potensi yang lebih besar di Conggeang ini. Selain daripada tempatnya
yang angker masyarakat sudah banyak korban begitu ehm. Akhirnya beliau atas
pemberian tanah wakaf dari Pangeran Soegih, beliau pindah dari Cikuleu ke
Cipicung gitu. Dan di Cipi, Cikuleu sendiri diberikan oleh adeknya, tapi
adeknya kebetulan tidak ada penerus maka sampai sekarang yang di Cikuleu itu
hanya nama saja. Jadi ada nama jalan, jalan Pesantren. Dulu disana bekas
pemondokan atau eu padepokan daripada syeh asyrofuddin. Cikuleu daerah
Ujungjaya. (aaa, terdengar suara anak kecil) Ujung jaya bahkan masih ada
peninggalan Asyrofuddin berupa tanah dari pohon-pohon jati yang sudah besar
ehm.
A
: Terus pak pada saat pemindahan
pesanteren ke kampung Cipicung, lalu sikap dari masyarakatnya, masyarakat Conggeang
seper seperti apa? Dan keadaan masyarakat dari segi sosial, budaya serta
ekonomi!
B
: (Druud, terdengar suara motor)
Ya pada waktu itu (ohok, terdengar suara batuk) Masyarakat masih sangat awam
ya, sangat awam apalagi dari segi sosial, lebih-lebih dalam masalah agama (wawewo,
terdengar suara anak kecil) maka disini saking banyaknya orang yang
menyembah-nyembah kepada hal-hal yang berbau musyrik atupun mistik. Ehm setelah
pesantern Asyrofuddin pindah kesini, karena beliau terkenal sebagai ya
katakanlah wali Allah ataupun eu orang-orang sunah menyebutnya orang-orang
sakti setelah menaklukan daerah ini karena pada waktu itu banyak masyarakat
yang menjadi korban, apakah itu dimakan atau ular ataupun eu macan dan
sebagainya ya, (Druud, terdengar suara motor) karena saking angkernya maka
masyarakat merasa berterima kasih kepada Syeh Assyrofudin bahkan masyarakat
bekerja sama (Druud, terdengar suara motor) setelah itu pelan-pelan perlahan
ada yang berguru kepada beliau, tapi sekarang masyarakat conggeang itu turun-temurun
dari kakek-kakeknya sampai cucu-cucunya sekarang itu mereka masih berjasa
kepada Syeh Asyrofuddin. Syeh Asyrofuddin yang (Druud, terdengar suara motor)
telah membuka lahan ini. dari segi budaya juga itu mereka akhirnya terbawakan
oleh apa yang (Drud, terdengar suara motor) dibawa oleh Syeh Asyrofuddin.
Misalnya dari segi keagamaan, atau segi kebudayaan misalnya dari apa eu
musik-musik khas agama Cirebon yang dibawa oleh beliau sampai lagu Maulid
misalnya maulid maulid taliba, maulid berjanji itu masyarakat semuanya ikut
kepada Syeh Asyrofuddin begitu. Ehm..
A
: Terus pak, eu da dan dari
keadaan pmrintahan sendiri seperti apa? seperti pada masa penjajahan terutama
eu pendirian eu pembangunan di conggeang ini pak, eu keadaan pemerintah sendiri
pada masa Kolonial Belanda!
B
: Pemerintah Conggeang?
A
: Iya
B
: Pemerintahan, keadaan pemerintah
masyarakat Conggeang pada masa Kolonial Belanda itu akhirnya kemudian mereka
sama-sama gitu ya bergabung disini yang kebetulan pemerintah Conggeang juga ehm
mereka melawan penjajahan Belanda, bahkan di Cipicung sendiri sekarang, dulu
itu Cipicung sendiri itu dijadikan markas para pejuang kebetulan disini ada
sebuah goa ya iya kan, diatas sana itu ada sebuah Goa, ya bukan Goa sih namanya
tapi batu yang saling bertumpuk cuman masyarakat menyebutnya Goa gitu. Di Goa
itu sendiri suka dijadikan tempat perkumpulan para pejuang untuk eu
bermusyawarah dan bekerja sama melawan kolonial Belanda. Ehm ehm ehm.
A
: Eu terus pak apakah ada suatu
timbal balik antara pemerintahan Sumedang dengan Pesantren Asyrofuddin?
B
: Ya eu.. timbal baliknya itu
dari kerjasama tersebut alhamdulillah sampai sekarang eu keturununan daripada
Syeh Asyrofuddin dan Keturunan daripada Pangeran Soegih, sampai sekarang masih
terjalin erat bahkan jadi eu ya tidak jarang mereka memberikan tanah wakaf
kepada kita eu termasuk yang sekarang ini mungkin akan digarap ya, dua tanah
wakaf dari Kerajaan Sumedang ehm, Sumedang keturunan (ohok-ohok terdengar suara
batuk dari anak kecil) dari Pangeran Soegi. (ohok-ohok terdengar suara batuk
dari anak kecil) Ada itu timbal baliknya sampai sekarang eu masih terjalin dengan baik. (Euu, terdengar suara
dari anak kecil)
A
: Kemudian (Eum, terdengar suara
anak kecil) eu dalam masa penjajahan, apakah ada sebuah ancaman ataukah tidak
ada? Kemudian apa yang dilakukan para santri dalam menghadapi para penjajah
pada masa Hindia Belanda dan pada Masa Pendudukan Jepang?
B
: Kalau itu sendiri eu para
santri pada waktu itu belum banyak ya, masih sekitar puluhan orang jadi gak
sampai. Tapi atas didikan dari Syeh Asyrofuddin eu dalam Istilahnya para santri
itu di didik menjadi jawara-jawara, yang
kemudian mereka bekerjasama melawan Kolonial Belanda. (adahah alahah, terdengar
suara anak kecil) Terus sampai ke masa penjajahan jepang dan masa tahun-tahun lima
puluhan enam puluh. (emm aden, terdengar suara anak kecil) masa gerombolan itu
sendiri di pimpin oleh kakek saya, akhirnya Alhamdulillah di Pesantren Cipicung
ini menjadi basis perlindungan masyarakat. Jadi semuanya masyarakat semua
menjadi merasa aman. Semuanya bisa berada (ehm, terdengar suara orang)
Pesantren Cipicung malah suatu ketika ada cerita ya, ceritanya jadi kakek saya
itu ehm mereka menggunakan ataupun apa gerombolan-gerombolan itu tidak berani
masuk kesini ya (Druud, terdengar suara motor) kata mereka itu Pesantern
Asyrofuddin atau Pesantren Cipicung (Druud, terdengar suara motor) gak
kelihatan. Padahal jalan sudah ada di depan mata gitu. Jadi mungkin ya karena
apa kesolehan mereka berdo’a kepada Allah SWT., kata orang (Druud, terdengar
suara motor) Sunda bilang mereka itu ya masih sakti-sakti gitu ya. Jadi mereka
dikasih do’a-do’a, kemudian disalurkan, tidak jarang Kolonial Belanda ataupun
Jepang ataupun gerombolan yang bisa masuk kesini dan mereka merasakan tidak
melihat ada suatu kampung disini padahal jalannya sudah jelas itu ehm. Jadi
karena hal tersebut merasa aman kalau tinggal di Cipicung ini ehm.
A
: Terus dalam proklamasi
kemerdekaan, bagaimanakah sikap para santri pada saat itu?
B
: Proklamasi kemerdekaan sendiri
ya para santri pada waktu itu se gimana ya, jadi belum banyak yang mukim. Sama
halnya dengan seluruh masyarakat Indonesia begitu proklamasi berkumandang maka
seluruh santri yang ada disini merasa bergembira tapi ya begitu jadi santri
dulu belum mukim seperti sekarang ahah jadi ya, mereka mengaji di siang hari,
eu bekerja pada siang hari kemudian malam harinya disini. Siangnya pulang lagi
ke rumah, malamnya kembali lagi ke pondok begitu mungkin.
A
: Kemudian setelah kemerdekaan Indonesia,
kan dalam sistem pendidikan banyak bangunan, bangunan-bangunan pendidikan yang
ada di wilayah kabupaten Sumedang, lalu apakah masyarakat yang minat ke
Pesantren banyak ataukah berkurang?
B
: Jadi seiring perkembangan
jaman, eu dulu ayah saya merintis MTs pertama kali alhamdulillah reponnya baik
daripada masyarakat. Tapi sekarang juga
meskipun daripada minat masyarakat Conggeang khususnya dan umumnya kepada
masyarakat yang diluar, rata-rata mereka ya lebih memilih sekolah di luar gitu.
ya sekolah di sekolah Umum, mungkin dari segi presentase juga masyarakat yang
mesantren di Cipicung hanya sekitar tigapuluh persenlah. Sisanya yang tujuh
puluh persen itu rata-rata dari luar. Luar daerah seperti Subang, Indramayu,
Jakarta dan sebagainya menurut sumber. Yang dari Conggeang mungkin tiga puluh
persenan. Tapi setelah sekarang dibuka ada apa universitasnya juga, ya
Alhamdulillah perlahan-lahan minat masyarakat juga untuk mesantrenkan disini.
Sekarang jumlah santrinya ya kurang lebih tigaratus lima puluh yang mukim disni
belum yang di luar, yang mahasiswa mahasiswi itu kurang lebih sampai seratus
orang. Ditambah ada apa TK itu. TK kebetulan TK, TK lokasinya tidak di sini,
tapi di alun-alun Conggeang. Ya kurang lebih muridnya tiga puluhan.
A
: Terus di Indonesia sendiri kan banyak terdapat aliran-aliran Islam
maupun organisasi Islam. Lalu eu bagaimanakah pandangan dari Pesanteren
Asyrofuddin mengenai hal itu?
B
: Kalau secara aliran dalam eu
dalam berbagai macam aliran dalam agama Islam, Alhamdulillah kita tetap memegung
memegang teguh eu syariat dari Baginda Rosululloh SAW., terus sampai kepada
datuk-datuk kami Sunan Gunung Djati karena kebetulan kalau di rulut secara
wakaf ya, Sunan Gunung Djati sendiri merupakan keturunan langsung daripada
Rosulullah SAW. Otomatis ya Asyrofuddin juga beliau merupakan keturunan
langsung daripada Rosulullah SAW. eu generasi ke tiga puluh dua sampai kepada
Rosululloh melalui jalur sunan Gunung Djati. Jadi semuanya berpaham berpegang
teguh kepada paham Ahli Sunnah wal Jama’ah, bermahabkan As-Syafi’i itu, jadi
Alhamdulillah sampai sekarang kita juga selaku penerusnya memegang teguh paham Ahli
Sunnah wal Jama’ah, bermahabkan Sunyi
As-Syafi’i, Imam Syafi’i. Dalam Organisasi sendiri kami cenderung kepada
ormas Nahdatul Ulama ya. Pimpinan atau pendiri daripada Ki Dahatul Syeh Masari,
kebetulan ayah saya juga adalah murid daripada putranya Syeh Masari yaitu Syeh
kholik Asih, jadi kita berpegang teguh kepada Nahdatul Ulma atau NU. Sedangkan
pada Organisasi ke Politik kita tidak memilih suatu partai manapun ya. Yang
penting disini adalah bebaslah terserah diri masing-masing yang penting eu dalam
wadah agama Islam ehm. Jadi pada tegasnya kita kepada NU Nahdatul Ulama,
sedangkan dari pada eu syariah Qari’ahnya kita kepada Ahli sunnah wal Jama’ah
tetap Sunyi As-Syafi’i gitu ya.
A
: Kemudian, mannfaat seperti
apakah yang dirasakan oleh masyarakat Conggeang selain Pendidikan dan Keagamaan
pada masa ini?
B
: Alhamdulillah ya, jadi banyak
meskipun tidak ada langsung dari kita ataupun langsung dari alumni gitu ya,
yang tersebar di seluruh pelosok. Alhamdulillah mereka mengatakan ya respon
yang baik, positif. Masyarakat juga Alhamdulillah mereka eu merasakan manfaat
daripada apa yang telah diajarkan oleh guru-guru kami kepada para murid-murid
tersebut, jadi tidak jarang mereka sengaja mengundang ataupun mengirimkan kita
dari sini mengirimkan kepada masyarakat, para alumni khususnya untuk berda’wah
di daerah masing-masing ataupun di luar ya, karena selain itu kita juga
berda’wah ada Ari’lah Da’wah, kadang-kadang ke masyarakat luar Alhamdulillah
Responnya bagus ya dari masyarakat manapun, terutama dari segi aqidahnya ya
yang kurang dari pada masyarakat.
A
: Oh iya pak,
terimakasih atas wawancaranya.
Eu
Demikianlah wawancara yang saya lakukan denang bapak Munzil B.Z. dan berakhir
pada pukul 09:35 eh 09 lebih 41.
0 comments:
Posting Komentar